Ibuku bernama Lastri, usianya enam puluh lima tahun Natal ini. Itulah mengapa aku selalu pulang saat Natal. Merayakan kelahiran Ibu, pahlawanku, pelindungku di dunia. Waktu mancakrida kelas dua SMA, aku berkenalan dengan kakak pemberi materi yang kini jadi bosku di LSM Kusuma. Dialah yang menyadarkanku bahwa perempuan tercipta begitu kuat.
Sakingkreatifnya ibu menekuni bidangnya itu, ibu pernah menjahit celana tidur, baju potongan untukku dari kain sisa dengan menggunakan tangan, tanpa mesin jahit. Tadinya aku tak percaya kalau jahitan itu manual. Habis, hasilnya rapi, tak terlihat kalau itu jahitan tangan. Ibu, dia adalah pahlawan nomor satu dalam hidupku. Aha, ibuku punya
Cerpen Guruku Pahlawanku Cerpen Guruku Pahlawanku. Dok. masih ingat kisah penuh emosi di kala itu. Saat di mana aku masih pertama kali mengenakan baju putih merah, berdasi dan bertopi dengan lambang Tut Wuri Handayani. Katanya, aku diminta wajib bersepatu hitam tanpa ada sedikit pun putih.Cerpen: Ibuku Pahlawanku Hari itu, dalam kamar tidur yang sederhana, aku duduk di depan meja belajar dengan perasaan frustasi yang menggebu-gebu. Buku-buku dan catatan kuliah berserakan di sekitarku, dan tumpukan tugas yang menumpuk seolah menertawakanku. Di sampingku, ibuku sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.
Seketikahujan turun sangat lebat, dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah menjadi batu. Pesan moral dari Cerita Malin Kundang Singkat (Indonesia) adalah surga ada di bawah telapak kaki ibu. Sayangilah ibumu, karena ibumu adalah manusia paling berjasa dalam hidupmu. Temukan versi lengkap dari Cerita Dongeng Malin Kundang (Cerita Rakyat.